JAKARTA (detikgp.com) – Rusia dan Ukraina kembali melakukan pertukaran tawanan perang dalam skala besar pada Minggu (24/8). Kedua negara masing-masing membebaskan 146 tawanan perang, sebuah langkah yang dinilai sebagai hasil nyata dari tiga putaran perundingan yang dif asilitasi di Istanbul, Turkiye, antara bulan Mei hingga Juli.
Menurut laporan Al Jazeera, pertukaran ini menjadi salah satu bidang kerja sama langka di tengah konflik berkepanjangan yang pecah sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022. Hingga kini, jalur diplomasi masih kerap menemui jalan buntu. Namun, pertukaran tawanan menjadi pengecualian.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan melalui Telegram bahwa “146 prajurit Rusia dipulangkan dari wilayah yang dikuasai Kyiv, sementara 146 prajurit Ukraina juga dipindahkan kembali ke Ukraina.” Selain itu, Moskow menambahkan delapan warga sipil Rusia dari wilayah Kursk yang ditahan secara ilegal oleh Kyiv juga ikut dipulangkan.
Sementara itu, laporan dari TRT Haber menyoroti kembalinya dua jurnalis Ukraina, Dmytro Khyliuk dan Mark Kaliush, yang ditahan secara tidak sah sejak 2022–2023. Organisasi kebebasan pers Reporters Without Borders (RSF) menyambut baik pembebasan mereka, seraya menekankan bahwa 26 pekerja media Ukraina lainnya yang masih ditahan di Rusia harus segera dibebaskan.
Momen pembebasan ini disambut haru di berbagai kota Ukraina. Berdasarkan foto dokumentasi dari Wikimedia Commons, terlihat bus yang mengangkut para mantan tawanan disambut meriah warga. Tangan melambai, air mata, dan pelukan erat mewarnai kembalinya para tawanan perang ke pangkuan keluarga.
Dalam salah satu foto, seorang wanita berlari sambil membuka tangan lebar menyambut kerabatnya yang baru saja kembali dari penahanan Rusia. Di antara tawanan yang dibebaskan terdapat mantan Wali Kota Kherson, Volodymyr Mykolayenko, yang telah menghabiskan lebih dari tiga tahun dalam tahanan. Ajudan Presiden Ukraina, Andriy Yermak, menyebut Mykolayenko pernah menolak untuk ditukar pada 2022 demi memberi kesempatan seorang tahanan sakit parah pulang terlebih dahulu.
Kisah pengorbanannya menambah bobot kemanusiaan dalam peristiwa ini. Meski demikian, pertukaran tawanan ini tidak serta-merta menandakan meredanya konflik. Pada hari kemerdekaan Ukraina, 24 Agustus, Kyiv tetap melancarkan serangan drone ke wilayah Rusia. Hal ini memperlihatkan bahwa situasi masih jauh dari perdamaian.
Namun, di balik politik dan senjata, pemandangan keluarga yang kembali bersatu menghadirkan secercah harapan. Pelukan erat, senyum lega, dan tangis bahagia menjadi pengingat bahwa di tengah perang, nilai kemanusiaan tetap berusaha bertahan. Pertukaran tawanan ini menjadi bukti bahwa diplomasi masih mungkin berjalan, meski hanya sedikit demi sedikit. (As)
Editor: Nurul Khairiyah