SCO di China 2025: Isyarat Perdamaian Ukraina dan Gema Kritik dari Podcast Danny Haiphong

BEIJING (detikgp.com) – Shanghai Cooperation Organization (SCO) kembali mencuri perhatian dunia ketika forum besar itu digelar di China. Di tengah ketegangan geopolitik, pertemuan SCO kali ini menimbulkan harapan bahwa Asia bisa memainkan peran lebih besar dalam mendorong terciptanya stabilitas internasional, termasuk peluang perdamaian di Ukraina.

Di saat yang sama, kritik terhadap tata kelola global yang ada juga semakin nyaring terdengar. Dalam podcast internasional yang menghadirkan Mohammad Marandi dari Iran, analis geopolitik Pepe Escobar, dan jurnalis Danny Haiphong, muncul gambaran bagaimana Barat sering dipandang sebagai “guru sekolah” yang mengatur jalannya permainan global.

Diskusi yang bisa disimak lebih lengkap di kanal Danny Haiphong Podcast ini banyak dikutip pengamat hubungan internasional dan memberikan perspektif alternatif dari negara-negara non-Barat.

Di forum SCO, justrstru terlihat adanya kesetaraan posisi antar-anggota. Rusia dan China mendorong pentingnya keamanan kolektif dan menyinggung konflik Ukraina dalam konteks stabilitas kawasan Eurasia.

India serta Pakistan, meski punya sejarah panjang ketegangan, mencoba mengedepankan sikap diplomatis dan menegaskan SCO harus jadi wadah dialog, bukan dominasi.

Sementara itu, negara-negara Asia Tengah menekankan dampak konflik Ukraina terhadap ekonomi regional mereka, sehingga menuntut langkah nyata dari forum ini.

Meskipun belum ada kesepakatan formal yang diumumkan, rumor pertemuan bilateral di sela agenda SCO antara beberapa anggota dengan wakil negara Eropa Timur menimbulkan spekulasi bahwa forum ini sedang merancang format mediasi baru. SCO memiliki posisi unik: tidak terikat langsung dengan NATO maupun blok Barat, sekaligus beranggotakan negara-negara yang punya pengaruh nyata di jalur energi, perdagangan, dan keamanan lintas-benua.

Banyak pengamat menilai jika SCO dapat menegakkan prinsip kesetaraan, maka inisiatif perdamaian yang digagas forum ini akan lebih diterima daripada proposal Barat.

Namun, tantangan tetap besar, terutama potensi dominasi Rusia dan China yang bisa merusak citra netralitas SCO. Apalagi, kepentingan nasional setiap anggota juga berbeda, sehingga menjembatani mereka bukan perkara mudah.

Meski demikian, peluang itu tetap ada. Sebagaimana disinggung dalam podcast tersebut, dunia tengah mencari model baru yang lebih adil dalam tata kelola internasional.

Jika SCO bisa menghindari pola lama yang penuh hierarki, forum ini bukan saja menjadi wadah kerjasama ekonomi dan keamanan, tetapi juga penengah yang mampu membuka jalan bagi
perdamaian Ukraina.

Di tengah ketidakpastian, SCO menunjukkan bahwa Asia tak lagi hanya menjadi penonton dalam panggung global. Kini semua mata menunggu, apakah forum ini akan menghasilkan terobosan nyata atau kembali sekadar menjadi simbol diplomasi. (Red./As)

Editor: Nurul Khairiyah

Comments (0)
Add Comment