KABUPATEN BEKASI (detikgarudaperkasa.com) – Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bekasi, menghelat sekolah kebangsaan dengan tema penguatan karakter dan jatidiri bangsa bagi suku etnis di Kabupaten Bekasi yang dilaksanakan di Hotel Grand Cikarang Jababeka, Kamis (25/9/2025).
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Ciek Julyati Hisyam dengan materi potensi konflik antar etnis dan suku di Indonesia ditelaah dari perspektif kriminologi, dan Kanit Babinkamtibmas Polres Metro (Polrestro) Bekasi Iptu Budi Widayatno.
Ketua FPK Kabupaten Bekasi, KH. Ahmad Ghufron mengatakan, kegiatan seminar kebangsaan ini dilaksanakan dalam rangka memberikan motivasi kepada para etnis dan suku yang diundang, dimana dari 92 etnis di wilayah Kabupaten Bekasi baru sekitar 20 etnis besar yang diundang.
“Kegiatan ini juga untuk meningkatkan kondusifitas di Kabupaten Bekasi, pasca peristiwa di Jakarta kemarin. Kami memberikan motivasi kepada peserta mengenai nasionalisme, kebhinekaan, masalah-masalah pembauran dan kohesi kebudayaan,” ungkapnya.
Dirinya berharap melalui kegiatan sekolah kebangsaan ini, para peserta memahami pentingnya persatuan dan kesatuan, persaudaraan dan membina silaturahmi, sehingga tidak terjadi konfik horizontal antar etnis dan suku di Kabupaten Bekasi.
“FPK diantaranya mempunyai fungsi mensosialisasikan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945, menyelesaikan konflik etnis serta menerima aspirasi dari etnis dan suku baik secara tertulis maupun dalam bentuk kegiatan diskusi-diskusi, karena pengurus FPK juga mendatangi para etnis dan suku,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, KH Ghufron menyampaikan jika FPK merupakan salah satu organisasi mandatory sesuai amanat Permendagri Nomor 34 tahun 2006. FPK di Kabupaten Bekasi berdiri pada tanggal 18 Desember 2012 pada masa kepemimpinan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin.
Di tempat yang sama, Kepala Kesbagpol Kabupaten Bekasi, Encep Supriatin Jaya, menyambut baik kegiatan sekolah kebangsaan yang dilaksanakan FPK Kabupaten Bekasi, untuk merekatkan kembali jiwa kebangsaan yang sebelumnya sedikit banyak agak terpecah karena terjadinya peristiwa di Jakarta.
“Saya berharap kegiatan seperti ini kedepannya bisa ditingkatkan lagi ya, dengan materi-materi yang lain, karena masyarakat Kabupaten Bekasi selama ini berjalan rukun meskipun dengan etnis yang berbeda-beda, jadi rasa persatuan dan kesatuan harus terus ditingkatkan,” terangnya.
Sementara itu, Prof. Ciek Julyati Hisyam dalam paparannya mengatakan Indonesia merupakan negara multikultural yang kaya, dengan memiliki lebih dari 1.300 kelompok etnis dan suku, beragam agama, ras dan budaya. Keragaman ini adalah kekuatan, namun juga sumber ketegangan akibat perbedayaan norma, budaya dan hukum.
Dirinya mengatakan faktor pemicu konflik etnis diantaranya karena ketimpangan sosial ekonomi, politik identitas dan manipulasi, serta lemahnya penegakan hukum. Konflik etnis sering melibatkan partisipasi massa, dimana kekerasan dilakukan secara kolektif dan sistematis.
“Strategi pencegahan dan penangan adalah melalui pendidikan multikultural, restorative justice, reformasi kebijakan publik dan penegakan hukum. Konflik etnis dan suku adalah fenomena kompleks yang berakar pada persaingan sumber daya, identitas kelompok, ketidakadilan dan koondisi sosial politik yang rapuh,” tandasnya. (zal)