Helat Ngobras Wasbang, FPK Kecam Tindakan Bullying di Sekolah

KABUPATEN BEKASI (detikgarudaperkasa.com) – Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bekasi, menghelat kegiatan Ngobrol Asik Santai Wawasan Kebangsaan (Ngobras Wasbang) yang dihadiri ratusan siswa/siswi SMAN di Kabupaten Bekasi yang dilaksanakan di Aula KH Noer Ali Komplek Pemda Kabupaten Bekasi, Selasa (11/11/2025).

Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk memfasilitasi penguatan karakter dan wawasan kebangsaan, dalam membangun harmoni kebangsaan, untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa bagi pelajar Kabupaten Bekasi.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Asda 1 Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bekasi, Hudaya; Perwakilan Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Rojali; Kabid Kesbangpol Kabupaten Bekasi, Rama Matandung dan Ketua Komite SMAN 1 Pebayuran, Sardi.

Kegiatan tersebut juga menghadirkan tiga orang pemateri, yaitu Perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Rakhmad Rahadian; Ketua Dekopinda Kabupaten Bekasi, Toto Iskandar; dan Perwakilan Kodim 0509 Kabupaten Bekasi.

Dalam sambutannya, Ketua FPK Kabupaten Bekasi, KH. Ahmad Ghufron, menyampaikan bahwa FPK merupakan organisasi mandatory bentukan pemerintah sesuai amanat Permendagri Nomor 34 tahun 2006. FPK menghimpun beberapa etnis yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi.

KH. Ghufron mengatakan FPK mempunyai fungsi untuk mensosialisasikan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945, kemudian menampung aspirasi, serta menyelesaikan masalah atau konflik horizontal antar etnis dan suku yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi.

Dalam kesempatan tersebut, KH. Ghufron mengatakan kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka membangun karakter (character building) para siswa mengenai masalah kebangsaan, karena masalah kebangsaan tersebut jika tidak dipelihara akan berakibat fatal.

Dirinya mengaku prihatin dengan terjadinya kasus pemboman di SMAN 72 Jakarta Utara yang diduga disebabkan karena bullying kepada pelaku yang juga siswa, pada hari Jumat tanggal 7 November 2025. Dirinya pun menegaskan agar jangan ada lagi kasus bullying (perundungan) di sekolah di wilayah Kabupaten Bekasi.

“Dijaga betul. Jangan ada kasus bullying di sekolah. Jaga karakter anda, investasikan kepada pendidikan, dan jangan ikut gerakan-gerakan radikal. Anda harus bangga sebagai anak Indonesia. Dan Gen Z saat ini merupakan mayoritas bangsa Indonesia dengan 65 persen,” ungkapnya.

Melalui kegiatan sosialisasi ini, dirinya berharap kenakalan remaja yang melibatkan pelajar seperti tawuran, bullying, atau narkoba bisa dihindari di Kabupaten Bekasi. Dan harapannya para peserta yang hadir bisa menularkan ilmunya kepada teman-teman lain di sekolah mereka.

“Para peserta juga mendapatkan sertifikat kebangsaan dari Bapak Bupati Bekasi, sebagai award kebanggaan untuk mengajak para siswa yang lain kepada kegiatan yang baik dan positif, dan terhindar dari kenakalan remaja,” terangnya.

Mewakili Bupati Bekasi, Asda 1 Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bekasi, Hudaya, mengatakan kebangsaan adalah mengenai sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa yang kuat lahir dari generasi muda yang cinta tanah air. Kabupaten Bekasi merupakan miniatur Indonesia, sehingga harus membawa semangat kebangsaan dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar.

“Semangat kebangsaan harus terus dtanamkan agar tidak terjadi perpecahan. Saya menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini, kasus pengeboman di SMAN 72 Jakarta Utara yang diduga disebabkan bullying, menjadi tanggungjawab kita bersama untuk meniadakannya,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Perwakilan KCD Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Rojali, menegaskan jika mata rantai kasus bullying atau perundungan di sekolah harus diputus, dimana kasus bullying terakhir terjadi di sekolah Kabupaten Bekasi di wilayah Kecamatan Cikarang Barat.

“Kami berharap anak-anak punya kesadaran penuh terhadap bahaya bullying. Seorang anak ketika ingin diakui teman rentan melakukan bullying. Kuncinya satu, jadikan teman seperti diri sendiri. Tumbuhkan rasa sense of belongin, rasa memiliki dengan teman yang lain,” ungkapnya.

“Kedepan kita harus berkolaborasi bagaimana anak-anak hadir menjadi pionir pembauran masalah kebangsaan, agar kasus bullying di sekolah tidak kembali terjadi, bentuk juga seperti siswa gathering sebagai sarana persatuan siswa yang berbeda suku dan etnis,” tandasnya. (zal)

Comments (0)
Add Comment