RUSIA (detikgp.com) – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk tetap berada di jalur non-blok meski dinamika geopolitik global kian kompleks. Hal itu disampaikan dalam forum internasional bersama sejumlah pemimpin dunia, di mana Prabowo menjadi salah satu pembicara kunci.
Dalam sesi tanya jawab, Prabowo ditanya apakah negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, masih bisa mempertahankan sikap non-blok di tengah rivalitas negara-negara besar. “Ini tidak mudah, tapi kami bertekad mempertahankannya. Kami menghormati semua kekuatan besar dan para tetangga kami. Satu-satunya jalan menuju kemakmuran adalah kolaborasi, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai,” ujarnya.
Ia menegaskan Indonesia berupaya menjaga hubungan baik dan meyakinkan semua pihak bahwa konfrontasi hanya akan membawa kerugian. “Planet ini semakin kecil. Kita tidak bisa terus mempertahankan rivalitas yang tidak ada ujungnya,” katanya.
Prabowo juga menyinggung pentingnya membawa pihak-pihak yang berseteru ke meja perundingan. Ia mengutip sosok Nelson Mandela sebagai inspirasi pribadi dalam menjalankan rekonsiliasi. “Mandela bersedia mengorbankan hidupnya demi kebebasan. Namun setelah keluar dari penjara, ia bekerja untuk rekonsiliasi dengan musuh-musuhnya. Itulah kebesaran Mandela,” ujar Prabowo.
Menurutnya, pengalaman Indonesia sendiri menunjukkan mantan lawan bisa menjadi mitra. Ia mencontohkan rekonsiliasi konflik Aceh, di mana mantan komandan Gerakan Aceh Merdeka kini bergabung dalam partai politik yang ia pimpin dan bahkan menjabat sebagai gubernur. “Sebagai mantan prajurit, saya tahu nilai damai dan rekonsiliasi. Lebih baik berbicara daripada saling membunuh,” tegasnya.
Terkait hubungan internasional yang melibatkan Rusia, Prabowo menegaskan Indonesia tetap konsisten mengusung penyelesaian damai konflik Ukraina. Dua tahun lalu, katanya, Indonesia pernah mengusulkan gencatan senjata yang disambut positif pihak Rusia namun dikritik sejumlah media Barat.
“Kami akan selalu mengusulkan solusi damai. Kita jauh dari konflik itu, tetapi kita ingin mempromosikan penyelesaian damai,” ujarnya.
Prabowo menambahkan, setiap negara memiliki hak untuk melindungi kepentingan nasionalnya meski bersahabat dengan negara lain.
“Berteman tidak berarti menyerahkan kepentingan nasional kepada negara lain,” katanya menanggapi narasi di media tentang peran Rusia dalam konflik kawasan.
Di bidang ekonomi, Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia melihat peluang di tengah dinamika global, termasuk menjajaki pasar baru di Afrika, Amerika Latin, Eurasia, hingga memperkuat kerja sama dengan Rusia dan Tiongkok.
“Kami membuka pasar bagi produk pertanian Rusia dan tengah menuntaskan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eurasia. Ini bagian dari diversifikasi pasar untuk memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Di akhir pertemuan, Prabowo menyampaikan apresiasinya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan penyelenggara forum atas kesempatan berdiskusi bersama. “Kami banyak belajar satu sama lain. Terima kasih banyak,” tutupnya.
Dengan penegasan itu, Prabowo menampilkan wajah Indonesia sebagai negara yang mengedepankan perdamaian, rekonsiliasi, dan kerja sama internasional, selaras dengan prinsip bebas-aktif dan semangat non-blok yang menjadi ciri khas diplomasi RI sejak awal kemerdekaan. (Red./As)
Editor: Nurul Khairiyah